Kamis, 11 Juni 2015

KEPEMIMPINAN
Pendahuluan pemimpin adalah dimana seseorang akan menjadi lebih baik dan menjadi contoh bagi sekitarnya, pemimpin atau kepemimpinan itu sering berkaitan dengan sebuah kelomok,organisasi ,perusahaan dan berbagai macam hal lainnya.
pemimpin berperan penting dalam sebuah organisasi untuk dapat berkembang lebih pesat lebih maju dan lebih baik lagi untuk dapat mencapai tujuan yang diinginkannya,maka dari itu kepemimpinan seorang pemimpin sangatlah dibutuhkan.
            Beberapa hal yang sangat menarik dari kepemimpinan ini adalah,setiap orang yang akan menjadi pemimpin dia akan lebih berhati-hati dalam setiap tindakannya,dan berfikir lebih keras,lebih maju,maka dari itu setiap pemimpin akan memberikan contoh yang baik kepada setiap pengikutnya,atau kelompoknya.
            Setiap pemimpin mempunyai karakteristik,karismatik, dan mempunyai hal-hal menarik dalam dirinya,dan kenapa dia dipilih menjadi seorang pemimpin.

Pembahasan
            Apakh kepemimpinan itu? Kepemimpinan yang baik adalah mengerjakan sedikit dan menjadi semakin lebih baik.proses dimana sesorang dapat mempengaruhi banyak orang dan membuat mereka mengikutinya dan menjadikan diri mereka sendiri sebagai contoh ata teladan yang baik dengan berbagai macam cara salah satuny,dengan melakukan hal-hal kecil secara lansung dan membuat mereka/kalayak memperhatikannya dan membuat mereka beranggapan bahwa itu adalah hal yang baik yang patut di contoh.
            Kepemimpinan yang didasarkan pada daya tarik kepribadian dan gaya kepemimpinan bukanlah sesuatu yang bertahan dalam jangka waktu yang lama. Pemujaan akan sirna dan para pemimpin mereka akan dilupakan, kecuali oleh para ahli sejarah. Dan seberapa sering seorang pemimpin yang dulunya dicintai dan dipuji oleh pengikutnya kemudian berubah menjadi pemimpin yang menggunakan rasa takut dan ancaman hukuman untuk mencapai tujuannya.
            Seseorang mungkin mampu mencapai hal-hal besar dengan usahanya sendiri,etapi tidak harus melalui kepemimpinan yang efektif,kepemimpinan yang bermakna. Tidak bisa pula dikatakan bahwa suatu kepemimpinan yang efektif hanya karena pemimpinnya sangat berkuasa. Seseorang yang menggunakan senjata api dapat membuat orang lain mematuhi perintahnya,tetapi itu bukanlah kepemimpinan yang efektif, melainkan karena senjata api.
            Sebagai contoh pikirkan waktu dan tempat tertentu,suatu interaksi nyata yang anda alami dengan seseorang anda identifikasikan sebagai seorang pemimpin yang hebat. Ketika anda dapat membayangkan kejadian itu dengan jelas dipikiran anda, tutuplah mata anda kemudian putarlah kembali semua hal itu dalam mata ikiran anda, layaknya sedang menyaksikan tayangan video interaksi antara pemimpin itu dan anda . lakukan hal itu sekarang dalam waktu satu menit .
            Setelah anda memvisualisasi dan mengulang kembali memori itu ,  ambillah secarik kertas dan tulis semua hal yang muncul dalam pikiran anda , bagaimana deskripsi dari pemimpin itu. dalam percobaan tadi anda akan membuat / menulis beberapa hal yang menarik dari pemimpin, lihat kembali tanggapan anda itu sendiri dan temukan dimana hal-hal itu sesuai.
Ø  Kategori pertama terdiri dari istilah-istilah seperti ini
                                                         ·            Cerdas                        
                                                         ·            Kreatif
                                                         ·            Jujur
                                                         ·            Bersahabat
                                                         ·            Percaya diri
                                                         ·            Gigih, keras hati
                                                         ·            Sabar
                                                         ·            Kuat
Ø  Kategori kedua dari istilah-istilah biasa yang mencangkup
                                                         ·            Mendengarkan dengan baik
                                                         ·            Melatih
                                                         ·            Bertindak secara konsisten
                                                         ·            Memberikan umpan balik
                                                         ·            Berbagi perasaan
                                                         ·            Mendukung kami
                                                         ·            Memberi pujian kepada yang lain
                                                         ·            Mendelegasikan
Akan sangat mengejutkan apabila satu diantara istilah-istilah itu tidak cocok dengan yang anda buat.
”Pemimpin itu ditinggikan seranting, didahulukan selangkah.”
(Peribahasa Minangkabau)

KOMPAS.com - Walaupun dibesarkan dengan tradisi nilai-nilai agama Islam dan filsafat Minangkabau selama puluhan tahun, baru akhir-akhir ini saya menyadari makna filosofis peribahasa di atas.

Bertahun-tahun—ratusan, bahkan ribuan—yang lalu orang beranggapan bahwa pemimpin itu adalah semacam satrio piningit, raja agung, atau semacam Ratu Adil (Mesias) yang sengaja diutus Tuhan menyelesaikan masalah keseharian kita di dunia ini. Harapan akan lahirnya pemimpin besar selalu disematkan dalam kesadaran kolektif kita. Alhasil, di setiap kemunculan pemimpin besar pada umumnya selalu disertai dengan pengultusan dan mitologisasi terhadap pemimpin tersebut dalam pelbagai macam atribut: baik fisik, ucapan, maupun tindak tanduk. Namun, anehnya, sejarah pula yang memperlihatkan kepada kita bahwa orang yang digadang-gadang sebagai pemimpin besar itu pula yang membawa kita pada kehancuran peradaban.
Tokoh seperti Hitler, Napoleon, Mussolini,  Saddam Hussein, Joseph Stalin, dan Kim Jong Il hanyalah beberapa contoh kecil di antara sederet pemimpin yang pernah ditahbiskan sebagai pemimpin besar. Mereka pada awalnya dirindukan untuk memperbaiki keadaan, tetapi berakhir dengan kekecewaan. Peribahasa Minangkabau tadi sepertinya bisa dimaknai sebagai kearifan untuk tak terjebak dalam kesalahan sejarah yang sama: sebuah kerinduan atau mungkin lebih tepatnya ilusi terhadap pemimpin besar.
Siapa pemimpin besar?
Studi ilmiah dalam bidang kepemimpinan dalam 100 tahun terakhir menunjukkan pergeseran signifikan dalam konsepsi mengenai pemimpin, leader, dan kepemimpinan, leadership. Studi awal tentang kepemimpinan memang coba mempelajari sifat-sifat yang dianggap dimiliki orang-orang besar atau pemimpin besar,Traits of the great leader, dalam sejarah. Sejarawan Thomas Carlyle (1840) adalah tokoh pertama yang melontarkan pendapat ”pemimpin besar itu dilahirkan, tidak bisa dibentuk”. Teori orang besar memasukkan juga dalam kelompok ini pemimpin karismatik, yaitu orang-orang dengan kualitas khusus yang berbeda dari orang kebanyakan. Namun, sosiolog Herbert Spencer pada 1896 membantahnya; pemimpin dibentuk masyarakatnya.
Teori psikologi kepemimpinan terhadap tokoh-tokoh besar ternyata gagal menemukan sifat yang konsisten yang ada pada pemimpin yang sukses ataupun yang gagal. Baik pemimpin yang sukses maupun gagal bisa sama-sama pintar, tegas, ramah, otoriter, agresif, introver, ekstrover, keras, dan seterusnya. Jadi, apa yang membedakan pemimpin yang sesungguhnya dengan yang bukan pemimpin sesungguhnya?
Teori kepemimpinan modern belakangan ini (di antaranya situational, contingency, transactional, transformational, dan authentic leader), terutama setelah runtuhnya kerajaan dan berkembangnya negara demokrasi modern, memperlihatkan bahwa orang yang bisa disebut sebagai pemimpin besar itu tidak ditentukan atribut fisik, ucapan besar, tindak tanduk yang besar, tapi oleh kemampuannya membumikan gagasan (visi) menjadi realitas dengan menggerakkan semua sumber daya dan potensi pengikutnya untuk mewujudkan visi tersebut.
Dengan kata lain, sebenarnya kita bicara tentang pemimpin yang efektif dengan ukuran yang jelas: rekam jejak, visi, dan kualitas pribadi. Ukuran pemimpin besar setelah dia tidak lagi menjabat juga jelas: warisan bagi publik. Dengan kata lain, keefektifan kepemimpinan seorang pemimpin di area publik (atau politik) sangat jelas: kiprah dan kerja nyata buat publik.
Berpegang pada jejak-jejak kepemimpinan dalam dunia publik ini pulalah sebenarnya kita bisa memaknai kebesaran Soekarno dan deretan pemimpin besar lain dalam arti yang positif, seperti Martin Luther King Jr, Mahatma Gandhi, Nelson Mandela, dan Umar bin Abdul Aziz.  Soekarno menjadi besar karena berangkat dari keseharian, penderitaan, cita-cita, dan aspirasi rakyat banyak yang ditangkapnya serta dirumuskan menjadi visi kenegaraan yang kuat dan mampu menggerakkan pengikutnya untuk mencapai visi itu. Visi kenegaraan itu menjadi jelas karena dilandasi nilai-nilai ideologis yang kuat (berdaulat, mandiri, dan berkepribadian), yang kita kenal sebagai Trisakti, untuk menyebut sebagian saja dari visi kenegaraan Soekarno.
Soekarno tidak menjadi besar hanya karena atribut fisik, gestur, dan tindak tanduk yang lebih banyak bersifat mitologisasi dan pengultusan. Tidak juga sebenarnya hanya bersandar pada retorika-retorika besar ”kosong” yang tidak realistis dilaksanakan. Label karismatik hanyalah produk akhir dari proses di atas. Ini yang harus kita pahami. Dalam konteks ini saya baru paham peribahasa orang Minangkabau di atas: pemimpin adalah bagian dari kita, berangkat dari seharian kita; kita naikkan, kita kontrol, dan kita turunkan pula.
Pemimpin efektif
Mari kita elaborasi secara singkat konsep orang Minangkabau tentang kepemimpinan: ”ditinggikan seranting, didahulukan selangkah”. Orang Minangkabau sejak lama secara sosiologis adalah masyarakat demokratis, egaliter, dan terbuka. Selama ratusan tahun sebelum menjadi bagian dari Republik Indonesia, mereka sudah hidup dalam bentuk nagari yang dikepalai pemimpin yang dipilih secara demokratis. Oleh karena itu, pemimpin tidak pernah dipahami sebagai sosok besar yang absolut, otoriter, dan tidak bisa dikontrol.
Pemimpin akan ditinggikan seranting dan didahulukan selangkah manakala dia mempunyai kualifikasi sebagai pemimpin, punya visi yang jelas, punya kompetensi memimpin, dan—yang terpenting—bisa dimintakan akuntabilitasnya. Oleh karena itu, dia jangan dikultus dan dimitoskan sebab itu akan membuat dia  tak lagi tinggi seranting, tapi menjadi sosok yang jauh di atas pohon atau  di atas gunung; dia sudah berlari terlalu jauh, tidak lagi didahulukan selangkah.
Lama kelamaan dia akan menjadi sosok  yang angker, absolut, penuh mitos, dan otoriter (diktator). Pengalaman kita dengan dua presiden terdahulu (Soekarno dan Soeharto) menjadi bukti pada kekeliruan kita  untuk terlalu berharap pada sosok pemimpin besar yang justru menggiring kita pada pengultusan dan mitologisasi.
Dalam konteks negara demokrasi modern sekarang, sebenarnya pengertian pemimpin negara (presiden) bukan lagi dipahami sebagai pemimpin dalam pengertian omnipotent leader, ”pemimpin segala-galanya”, tapi ia hanyalah seorang pemegang otoritas eksekutif yang, bersama-sama dengan lembaga legislatif, berwenang menentukan arah bangsa ini lima tahun ke depan. Pada diri mereka melekat hak dan kewajiban yang sudah diatur secara jelas oleh konstitusi kita. Kita tidak mencari pemimpinomnipotent, sosok sempurna yang tak ada kelemahannya, tapi kita mencari otoritas eksekutif yang mengerti persoalan konkret masyarakat, merumuskannya (dalam bentuk visi, misi, dan program), serta bersungguh-sungguh mengerjakannya tanpa dibebani macam-macam kepentingan selain kepentingan publik.
Berpijak pada filosofi kepemimpinan Minangkabau ”ditinggikan seranting dan didahulukan selangkah”, harus dipahami sebagai sebuah rasionalitas berdemokrasi bahwa menjadi pemimpin (presiden) itu harus melewati suatu jalur kepemimpinan yang jelas, seranting demi seranting. Visi harus besar, tapi rekam jejak, kualitas pribadi, dan jalur kepemimpinan yang ia pernah lewati harus bisa ditelusuri untuk meyakinkan kepada kita bahwa ia tak sedang bermimpi dengan visi-visi besar. Di luar itu kita juga harus membangun sistem yang kuat supaya tak bergantung pada figur (pemimpin) semata.
Ilusi pemimpin besar
Menyimak diskursus publik akhir-akhir ini, di tengah gegap gempitanya kampanye calon presiden dan wakil presiden, kita melihat mulai munculnya wacana mencari pemimpin besar. Wacana itu dilandasi asumsi bahwa negara kita sedang terpuruk dengan pelbagai macam indikator: korupsi merajalela, ketimpangan ekonomi melebar, kemandirian negara berkurang, daya saing rendah, tingkat kemakmuran tak kunjung membaik, dan segudang persoalan bangsa lain. Jadi, untuk menyelesaikan krisis itu, kita memerlukan pemimpin besar.
Menyelesaikan Masalah Hingga Tuntas
Jika Anda menemukan sebuah masalah yang dapat dengan mudah Anda pecahkan, makan pecahkanlah. Jangan khawatir dengan konotasi politik atau sesuatu seperti itu. Jika seseorang datang kepada Anda dengan sebuah masalah dan Anda merasa mampu menyelesaikannya tanpa upaya yang terlalu banyak, maka selesaikanlah masalah itu hingga tuntas.
Semakin sering Anda menyelesaikan masalah-masalah yang ada, semakin banyak orang melihat Anda sebagai sumber jawaban atas penyelesaian masalah dan mereka akan semakin mendengarkan nasihat Anda atau apapun yang Anda katakan.
Kelemahan dari kepemimpinan

            banyak hal-hal yang terjadi apabila seorang pemimpin mempunyai suatu kelemahan yang tidak dapat ia sadari dan terlebih parah lagi apabila seorang bawahan yang tau dimana kelemahan dari pemimpinnya dan tidak mau memberi tau kepada pemimpinnya kelemahannya tersebut.
Dictator
Ø  hilangnya rasa percaya kepada bawahan/keryawan sendiri
Ø  keputusan yang sepihak,memaksakan keputusan sendiri tanpa musyawarah(rapat),(dictator) banyak hal-hal yang akan di lakukanpemimpin yang bersifat mutlak
Ø  pengawasan kepada bawahan hingga tidak ada ruang gerak dan tidak dapat berpendapat.
Ø  Pencapaian dalam bentuk apapun dan cara apapun.
Ø  Perbedaan diantara bawahan disebut penyimpangan atau pelanggaran disiplin
Ø  Disiplin selalu terwujud karna takut akan bayang-bayang kepemimpinan
Demokratis
Ø  Pemimpin yang tidak ikut serta dan jarang terjun dalam penugasan atau pemberian tugas
Ø  Pemimpin yang membiarkan bawahannya mengatur dirinya sendiri
Ø  Pemimpin hanya menentukan kebijaksanaan dan tujuan umum
Ø  Sesekali memberi komentar dan peringatan pada suatu kejadian yang bersifat tidak menilai tugas yang dilakukan sang bawahan.
Ø  Pemimpin cenderung menjadi pribadi dalam pujian dan kecamannya terhadap kerja setiap anggota
Kesimpulan
            setiap pemimpin harus mempunyai integritas tinggi dan nilai estetika yang tinggi agar di hargai oleh orang-orang disekitarnya dan di percaya akan segala hal yang akan dia lakukan atau dia perintahkan kepada bawahannya.kepemimpinan menjadi efektif saat pemimpin itu mempunyai visi,misi yang besar,dan kepribadian yang sangat berbeda,saat mereka ingin melakukan hal yang besar,pemimpin itu mambu mempuat suatu hal itu menjadi luar biasa

setiap pemimpin harus bisa bekerja dalam tim,dan pemimpin tidak boleh terlalu mentolerir setiap bawahan yang melakukan kesalahn,dikarenakan apabila pemimpin terlalu agresif akan membuat bawahan menjadi tidak nyaman dalam pekerjaannya,setiap pemimpin harus tau bagaimana mengatur waktu dengan bawahannya,dimana ada saatnya hari libur dan hari kerja,tidak bisa setiap hari dan setiap waktu boss atau pimpinan memberikantugasterumenerkepadabawahannya.


Pemimpin harusnya dapatmembuka diri kepada orang lain termasuk bawahannya, karna kepercayaan seseorang tidak datang begitu saja,maka dari itu setiap pemimpin / leader mampu terbuka kepada beberapa pihak yang terkait.tidak hanya itu,pemimpin yang membuat suatu hal menjadi lebih baik mempunyai integritas yang baik,dan tahan terhadap setiap tekanan yang datang,mau itu dari luar perusahaan,dan dari dalam perusahaan,setiap pemimpin pasti akan tahu resiko dan tanggung jawab yang akan di dapat apabila dia menjadi pemimpin,karna kepemimpinan adalah suatu tanggung jawab besar yang akan di laksanakan demi menuju kesuksesan bersama,terlebih lagi dengan perusahaan yang sedang terpuruk,maka pemimpin itu harus mampu membangkitkan kembali bagaimana cara agar perusaan itu naik kembali. apabila kriteria diatas telah dipenuhi ,maka akan lebih lengkap apabila seorang pemimpin mempunyai komitmen yang tinggi.Pemimpin yang berkualitas akan menghasilkan sesuatu yang berharga dan berkualitas tinggi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar